Pemain ----Periode
Andrew Hannah -1892-1895
Jimmy Ross -1895-1897
John McCartney- 1897-1898
Harry Storer -1898-1899
Alex Raisbeck -1899-1909
Arthur Goddard -1909-1912
Ephraim Longworth- 1912-1913
Harry Lowe -1913-1915
Ephraim Longworth / Don MacKinlay -1919-1920
Ephraim Longworth --1920-1921
Don Mackinlay --1921-1928
Tom Bromilow-- 1928-1929
James Jackson --1929-1930
Tom Morrison --1930-1931
Tom Bradshaw --1931-1934
Ernie Blenkinsop / Tom Cooper -1934-1935
Ernie Blenkinsop -1935-1936
Ernie Blenkinsop / Tom Cooper- 1936-1937
Tom Cooper --1937-1939
Matt Busby ---1939-1940
Willie Fagan-- 1945-1947
Jack Balmer --1947-1950
Phil Taylor --1950-1953
Bill Jones --1953-1954
Laurie Hughes-- 1954-1955
Billy Liddell --1955-1958
Johny Wheeler --1958-1959
Ronnie Moran --1959-1960
Dick White ---1960-1961
Ron Yeats --1961-1970
Tommy Smith --1970-1973
Emlyn Hughes --1973-1979
Kenny Dalglish --1979-1979
Phil Thompson --1979-1981
Graeme Souness --1982-1984
Phil Neal --1984-1985
Alan Hansen --1985-1988
Ronnie Whelan --1988-1989
Alan Hansen --1989-1990
Ronnie Whelan --1990-1991
Steve Nicol--- 1990-1991
Mark Wright --1991-1993
Ian Rush --1993-1996
John Barnes --1996-1997
Paul Ince ---1997-1999
Jamie Redknapp --1999-2002
Sami Hyypia --2001-2003
Steven Gerrard-- 2003-
Sabtu, 30 November 2013
> Sejarah Tragedi Hillsborough <
11 April 2012 pukul 22:57
Hillsborough, Sheffield 15 April 1989.....Sekitar 15.000 suporter travelling fans berangkat lebih awal dari Liverpool dan berbondong-bondong menuju stadion Hillsborough, Sheffield. Mereka datang guna mendukung Liverpool yang akan segera menjalani partai semifinal piala FA 1989 menghadapi Nottingham Forest. Sabtu pagi yang cerah membawa atmosfer yang bagus dan semangat menggelora ditunjukkan para suporter untuk. Mereka tak mempedulikan bagaimana cara mereka datang ke Sheffield. Apakah menggunakan bus atau kereta api. mendukung Liverpool. Yang pasti semua supporter menggambarkan hari sabtu itu seperti hari karnaval. Hari itu, semua jiwa bersatu untuk mendukung Liverpool. Namun nampakanya semua akan berubah hanya dalam 1 jam saja..... Liverpool pada saat itu diprediksikan akan dapat mengalahkan Nottingham Forest yang menjadi pesakitan tahun sebelumnya di tempat yang sama. Tiket pertandingan di Hillsborough yang biasanya tidak terjual habis, khusus hari itu, Liverpool yang menjadi alasan tiket terjual habis. Namun kacaunya panitia tidak memperhitungkan jumlah fans Liverpool yang datang dengan tempat di mana supporter Liverpool kelak ditempatkan. Tempat di mana akan menjadi saksi sejarah tragedi sepakbola terbesar di Inggris. “ ladang kematian“ bernama " The Lapping Lane ". Panitia mengalokasikan kapasitas tempat untuk 14.000 ribu tribun berdiri di lapping lane yang notabene satu-satunya tribun kecil di sana. Yang lebih tidak masuk akal lagi, Polisi memilih memilih Spion Kop End yang memuat sekitar 21.000 orang untuk menampung supporter Nottingham. Logikanya, Daya tarik pertandingan tersebut ditujukkan untuk fans Liverpool, namun polisi lebih memilih " mengamakan " suporter Nottingham. Otomatis, salah persepsi para petugas keamana dan panitia setempat menjadi awal bencanannya. Suporter datang dengan jumlah yg sangat besar.
The Lapping lane hanya mampu memuat sekitar 14,600 orang namun hari itu jumlah suporter yang datang sudah di luar perkiraan. Pukul 2 pm para suporter kedua belah kubu mulai berdatangan dalam jumlah besar dengan kawalan polisi berkuda setempat.
Kerumunan supporter menjadi alasan polisi setempat memperketat keamanan di sekitar stadion dan mengambil alih pengawasan para suporter. Pukul 2.30 pm , kerumunan sekitar pagar masuk semakin meluap saat turnstile (pintu masuk berputar) dibuka. Aliran supporter Liverpool dengan jumlah besar masuk bagaikan longsoran manusia dan segera menempati tribun tersebut. Bisa dibayangkan 10.000 orang mengalir masuk ke dalam The Lapping Lane dengan hanya menyediakan 3 gerbang masuk dan 7 pintu masuk putar. Dipastikan ini sangat tidak kemanusiawian yang dapat mendeskripsikan keadaan saat itu dengan keadaan stadion yang penuh sesak dan pengap. Suporter Liverpool yang masih tertinggal diluar sekitar 2000-5000 orang berusaha merengsek masuk ke dalam stadion. diantaranya tanpa tiket. Menurut pengakuan petugas keamanan yang bertugas di luar stadion mengganggap desakan para supporter Liverpool masuk ke dalam stadion disebabkan karena banyak dari mereka yang dalam pengaruh alkohol dalam jumlah besar. Hal tersebut yang menjadi acuan utama para penyelidik untuk mengamati kronologi kejadian tersebut dan sebagai barang bukti utamanya. Namun pada akhirnya semuanya akan dibantah dan sangat tidak rasional saat semua suporter yg sangat antusias dituduh dalam pengaruh alkohol. Lanjut ke TKP, mendengar volume manusia yang berusaha masuk kedalam stadion semakin menggila dan untuk mengantisipasi jatuhnya korban, Inspektur Marshal di sana yang hari itu bertugas,David Duckenfield memerintahakn untuk membuka gerbang C dimana sektor 3 dan 4 berada. Sektor 3 dan 4 yang saat itu sudah penuh sesak dengan fans yang sudah berada di dalamnya sebelumnya. Akibatnya " Fatal Crush " terjadi.....
.Sebelum Duckenfield mampu memerintahkan official untuk menunda kick off, Aliran manusia dalam jumlah besar masuk tanpa mampu dihentikan. .Aliran manusia mengalir deras masuk ke gerbang C dan memenuhi blok tiga dan empat yang sudah dipenuhi oleh fans sebelumnya. Para supporter yang berada di kedua blok tersebut terdesak ke depan dan terjempit di antara pagar pembatas “ ladang kematian “ tersebut. Keputusan Duckenfield untuk membuka gerbang C sangat fatal akibatnya. Keputusan dia sangat terburu-buru. Logikanya... Seharusnya sebelum Duckenfield memutuskan untuk membuka gerbang C, dia harus meminta konfirmasi petugas yang berada di blok 3 dan 4 apakah kedua blok tersebut mampu menampung tambahan supporter atau tidak, namun semuanya terlambat..
.Akibatnya 96 fans Liverpool tewas terjepit, terinjak dan kehabisan oksigen di dalam ladang kematian tersebut. Rincian korbannya: 89 suporter pria dan 7 perempuan meninggal di tempat kejadian dan saat di bawa ke hospital.Sepertiga dari korban meninggal berumur 20 tahun. Korban termuda adalah seorang anak laki-laki berumur 10 tahun bernama Jon Paul Gihooley yang merupakan sepupu Steven Gerrard. Korban meninggal banyak ditemukan di blok 3 dan korban injury banyak di temukan di sektor 3 dan sebagian sektor 4. Sekitar 730 di dalam dan 36 suporter di luar stadion menderita cedera ringan hingga parah seperti brain malfunction(kekurangan oksigen). Kisah memilukan terjadi kepada salah satu korban yang terakhir meninggal, Tony Bland.... Tony Bland merupakan korban selamat yang meninggal 3 tahun setelah kejadian. Dia mengalami kerusakan otak parah akibat kekurangan oksigen saat terjepit diantara para fans. Tony Bland mengalami kerusakan otak yang memaksa dia hidup dalam setengah koma selama 3 tahun di rumah sakit. Pada 3 March 1993 dia meninggal di hospital atas kesepakatam pihak keluarganya dan para doktor melalui cara " dipaksa meninggal " dan dia menjadi korban meninggal yang ke 96 dalam tragedy tersebut. Dia merupakan pasien pertama di Inggris yang diperbolehkan meninggal oleh hukum Inggris. Dia meninggal dengan cara asupan gizinya dihentikan
Kegagalan polisi dalam mengontrol laju aliran para supporter dinilai sebagai penyebab utama tragedi tersebut. Penyilidkan mengenai penyebab2 tragedi Hillsborough terjadi segera dilakukan oleh kepolisian Inggris. Sampai keluar hasil penyelidikan yg disebut " Taylor Inquiry ". Taylor Inquiry adalah hasil penyelidikan yg diputuskan oleh hakim Taylor. Sampai keluar hasil penyelidikan yg disebut " Taylor Inquiry ". Taylor Inquiry adalah hasil penyelidikan yg diputuskan oleh hakim Taylor
1. Kegagalan polisi untuk mencegah dan memotong aliran manusia di Gerbang C sesaat sebelum kejadian
2. Sektor 3 dan 4 nyatanya telah penuh sebelum aliran tambahan manusia dari gerbang C masuk
3. Ukuran pintu masuk di gerbang parimeter terlalu kecil menyebabkan usaha penyelamatan terhambat yg menyebabkan banyak korban tewas. Gerbang C nyatanya gerbang yang diperuntukka sebagai pintu keluar stadion. So, alasan membuka gerbang C karena untuk menghindari tragedi sangatlah tidak diperkenankan dalam situasi tersebut
Akibat dari tragedi Hillsborough ini, tribun berdiri di seluruh stadion di Inggris tidak boleh diperkenankan lagi. Nah dari situlah, The Kop End Classic harus diruntuhkan dan digantikan tribun yang lebih layak. Citra buruk suporter mulai menguat sesudah tragedi Hillsborough terjadi, pelakunya The Sun yang menurunkan 3 subjudul kontroversi. Beberapa jam setelah tragedi terjadi, The Sun menurunkan sebuah headline controversial dengan 3 subjudul berita yang benar-benar menghancurkan hati para keluarga korban, di saat seharusnya mereka membaca berita yg bisa menghilangkan kesedihan serta trauma yg mendalam. 3 subjudul tersebut berisikan 3 tuduhan pewarta The Sun yang " katanya " menyaksikan langsung kejadian tersebut. Isinya:
.
1. Fans Liverpool mengencingi para polisi yang sedang bertugas
2. Beberapa fans Liverpool menguntili barang-barang milik korban
3. Beberapa fans Liverpool menghalangi para petugas medis untuk memberikan pertolongan kepada korban
Ketiga subjudul tersebut memojokkan para suporter Liverpool dan melukai keluarga para korban meninggal di Hillsborough dan membuat marah semua yang merasa terkait dengan tragedy tersebut. Orang yang menurunkan headline tersebut yang merupakan editor The Sun sendiri adalah Kevin MacKenzie. Saat itu juga The Sun diboikot sama warga satu kota Liverpool dan menjadi media baca yang diharamkan di kota Liverpool dan sekitarnya. 3 bulan setelah kejadian headline itu, editor biadab The Sun, Kelvin MacKenzie mengaku terjadi kesalahan terhadap 3 sub judul tersebut. Namun nasi sudah menjadi bubur dan non sense juga judul itu mereka klaim terdapat kekeliruan di dalam headline tersebut namun sepertinya respon tersebut hanya digunakan mereka sebagai alasan untuk menghilangkan jejak dari kasus ini. Si Kelvin hanya meminta maaf secara personal saja, The Sun-nya pun masih menganggap mereka tak bersalah yang membuat fans Liverpool geram. 15 tahun kemudian tepat 7 Juli 2004. The Sun akhirnya meminta maaf keseluruh keluaraga para korban dan masyarakat Liverpool atas headline kontorvesial tersebut . Permintaan maaf terbuka The Sun sama sekali tidak direspon oleh para keluarga korban dan fans LFC, mereka tetap menganggap the Sun " haram "haram"haram.
Untuk mengenang para korban, Masyarakat Inggris nyatanya punya bentuk empati yang sangat besar. Sebagai bentuk belasungkawa mereka, beberapa monumen peringatan tragedi Hillsborough dibuat beberapa tahun setelah kejadian tersebut antara lain:
1. Dua obor api di lambang Liverpool ini untuk melambangkan ke 96 korban meninggal di Hillsborough
2. Monumen yang berisikan nama-nama para korban tragedi Hillsborough di samping Shanklu Gate
3. Sebuah batu pahatan di katredal anglican Liverpool yang berisikan tulisan " Hillsborough, YNWA "
4. Batu nisan yang bertuliskan ucapan bela sungkawa di persimpangan jalan antara Middlewood Road, Leppings Lane and Wadsley Lane
.
Inilah 96 nama brother and sister yang gugur di The Lapping Lane, Hillsborough:
John Alfred Anderson (62), Colin Mark Ashcroft (19), James Gary Aspinall (18), Kester Roger Marcus Ball (16), Gerard Bernard Patrick Baron (67), Simon Bell (17), Barry Sidney Bennett (26), David John Benson (22), David William Birtle (22), Tony Bland (22), Paul David Brady (21), Simon Bell (17), Barry Sidney Bennett (26), David John Benson (22), David William Birtle (22), Tony Bland (22), Paul David Brady (21), Andrew Mark Brookes (26), Carl Brown (18), David Steven Brown (25), Henry Thomas Burke (47), Peter Andrew Burkett (24), Paul William Carlile(19), Gary Christopher Church (19), Joseph Clark (29), Paul Clark (18), Gary Collins (22), Stephen Paul Copoc (20), Tracey Elizabeth Cox (23), James Philip Delaney (19), Christopher Barry Devonside (18), Christopher Edwards (29), Vincent Michael Fitzsimmons (34), Thomas Steven Fox (21), Jon-Paul Gilhooley *Stevie G's cousin (10), Barry Glover (27), Ian Thomas Glover (20), Derrick George Godwin (24), Roy Harry Hamilton (34), Philip Hammond (14), Eric Hankin (33), Gary Harrison (27), Stephen Francis Harrison (31), Peter Andrew Harrison (15), David Hawley (39), James Robert Hennessy (29), Paul Anthony Hewitson (26), Carl Darren Hewitt (17), Nicholas Michael Hewitt (16), Sarah Louise Hicks (19), Victoria Jane Hicks (15), Gordon Rodney Horn (20), Arthur Horrocks (41),Thomas Howard (39), Thomas Anthony Howard (14), Eric George Hughes (42), Alan Johnston (29), Christine Anne Jones (27), Gary Philip Jones(18), Richard Jones (25), Nicholas Peter Joynes(27), Anthony Peter Kelly(29), Michael David Kelly (38), Carl David Lewis (18), David William Mather (19), Brian Christopher Mathews (38), Francis Joseph McAllister (27), John McBrien (18) Marion Hazel McCabe (21), Joseph Daniel McCarthy (21), Peter McDonnell (21), Alan McGlone (28), Keith McGrath (17), Paul Brian Murray (14) ,Lee Nicol (14), Stephen Francis O'Neill (17), Jonathon Owens (18), William Roy Pemberton (23), Carl William Rimmer (21), Graham John Roberts (24), Steven Joseph Robinson (17), Henry Charles Rogers (17), Colin Andrew Hugh William Sefton (23), Inger Shah(38), Paula Ann Smith(26), Adam Edward Spearritt (14), Philip John Steele (15), David Leonard Thomas (23), Patrick John Thompson(35), Peter Reuben Thompson (30), Stuart Paul William Thompson (17), Peter Francis Tootle (21), Christopher James Traynor (26), Martin Kevin Traynor (16), Kevin Tyrrell (15), Colin Wafer (19), Ian David Whelan (19), Martin Kenneth Wild (29), Kevin Daniel Williams (15), Graham John Wright (17)
Apa yang tertulis di sini adalah sejarah Hillsborough. Tetapi sejarah ini adalah sejarah untuk saat ini. Ini tidak akan berakhir di sini karena keluarga para korban Hillsborough akan terus berjuang untuk keadilan demi brother and sister yang gugur di Hillsborough
Justice has never been done but their memory will carry on
Sumebr : 90% dari @IndoStevieG
Tambahan: Sejak bencana di Hillsborough, Bersama Hillsborough Family Support Group (HFSG), supporter Liverpool terus menuntut keadilan atas meninggalnya 96 anggota keluarga, saudara, teman mereka. Selama hampir dua dekade tanpa kenal lelah HFSG terus mengkampanyekan Hillsborough : JusticeFor96. Namun sampai saat ini blm ada keadilan, siapa yg bertanggung jawab atas kejadian tsbt ?. FA sebagai penyelenggara,dan panitia2 yg ceroboh memberikan tiket lebih dari kapasitas,serta banyak lagi yg seharusnya bertanggung jawab atas kejadian itu, tak tersentuh hukum sampai saat ini. perjuangan ini juga di ketuai oleh Kenny Dalglish. dan inilah salah satu alasan para keluarga korban dan penduduk Liverpool, meminta pada kerajaan Inggris utk memberikan penghargan "Sir" pada Kenny.
.
Dan pada tahun 2012, kejahatan dan rahasia siap yg bersalah pada tragedi tersebut ahirnya terbongkar.
kita akan share pada postingan berikutnya.. terima kasih
"Mengenag Kembali 27 Tahun Tragedi Hysel" 29 May 1985
Tragedi
Heysel Brusseles Belgia terjadi pada tanggal 29 Mei 1985 di mana pada
saat itu tengah terjadi pertandingan antara Liverpool dan Juventus di
Piala Champions (saat ini Liga Champions). Peristiwa ini merupakan
sejarah buram persepak bolaan Inggris pada tahun itu, karena saat itu
klub-klub Inggris sedang jaya-jayanya. Karena peristiwa ini pula
tim-tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat internasional selama 5
tahun lamanya. Peristiwa ini bermula dari fans masing-masing klub yang
saling mengejek dan melecehkan. Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum
kick off kelompok hooligan Liverpool menerobos pembatas masuk ke
wilayah tifosi Juventus. Tidak terjadi perlawanan karena yang berada di
bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras. Pendukung Juventus pun
berusaha menjauh namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding
pembatas di sektor tersebut roboh karena tidak kuasa menahan beban dari
orang-orang yang terus beruhasa merangsek dan melompati pagar. Ratusan
orang tertimpa dinding yang berjatuhan. Akibat peristiwa ini sebanyak
39 orang meninggal dunia dan 600 lebih lainnya luka-luka.32 fans Italia
Juventus, empat Belgia, dua dari Perancis dan satu orang dari Irlandia
Utara.
Meskipun
terjadi peristiwa yang mengenaskan dengan jumlah korban yang begitu
besar, panitia memutuskan untuk terus melanjutkan pertandingan. Kick
off dilakukan setelah kapten kedua kesebelasan meminta penonton untuk
tenang. Alasan lain adalah untuk meredam atmosfer kerusuhan yang mulai
menyebar. Tifosi Ultras Juventus di bagian lain stadion sempat akan
melakukan pembalasan. Mereka mencoba untuk bergerak ke arah pendukung
Liverpool namun berhasil dicegah satuan keamanan. Dengan dimulainya
pertandingan maka suasana bisa mulai dikendalikan. Pertandingan itu
sendiri dimenangi Juventus dengan hasil akhir 1 - 0. Michel Platini
mencetak gol semata wayang Juventus dari titik penalti setelah Michael
Platini dilanggar oleh pemain Liverpool.
#Konsekuensi
Kepolisian
Inggris menyelidiki lebih lanjut dari berbagai sumber. Film sepanjang
17 menit dan berbagai hasil jepretan kamera menjadi alat untuk
mengungkap kejadian tersebut. TV Eye menayangkan satu jam penuh perihal
Tragedi Heysel, dan foto-foto pun dipublikasikan melalui media massa.
Hanya 27 orang akhirnya ditahan dengan kasus penganiayaan dan
pembunuhan, sebagian besar mereka berasal dari Merseyside dan memang
telah beberapa kali berurusan dengan hukum karena kerusuhan sepakbola.
14 orang pendukung Liverpool itu akhirnya dipidana atas dakwaan
tersebut.
Setelah penyelidikan lebih lanjut, pada tanggal 30 Mei
1985 UEFA melalui penyidik resminya, Gunter Schneider, menyatakan bahwa
kesalahan sepenuhnya ada di pihak Liverpool. Bahkan kemudian, pada
tanggal 31 Mei 1985, Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher mendesak
FA untuk melarang tim-tim Inggris untuk bermain di Eropa. Dua hari
kemudian UEFA secara resmi memutuskan untuk melarang semua klub
sepakbola Inggris untuk melakukan pertandingan di seluruh Eropa untuk
"waktu yang belum ditentukan". Tanggal 6 Juni putusan itu berubah
menjadi pelarangan bertanding di seluruh dunia, namun seminggu kemudian
diputuskan bahwa pertandingan persahabatan diperbolehkan. Sanksi ini
tidak berlaku untuk Timnas Inggris.
Putusan terakhir adalah
pengucilan klub-klub Inggris dari peta persepakbolaan dunia selama lima
tahun, dan tiga tahun tambahan khusus untuk Liverpool dan akhirnya
mendapat keringanan dengan hanya satu tahun tambahan. Peristiwa Heysel
telah merugikan klub-klub Inggris seperti Manchester United, Arsenal,
Everton, Nottingham Forest, Chelsea, Tottenham Hotspur, dan lain-lain
yang pada rentang waktu tersebut sebenarnya berhak untuk ikut ambil
bagian dalam kompetisi Eropa.
Hukuman yang begitu berat tersebut
adalah sebagai peringatan bahwa kekerasan dalam sepakbola tidak boleh
terjadi kembali. Suporter asal Inggris memang terkenal akan
kebrutalannya. Makanya dari sanalah muncul istilah "hooliganisme". 10
tahun sebelum tragedi ini, di final European Cup 1975 fans Leeds United
membuat kerusuhan dengan menyerang suporter Bayern Muenchen, berikut
pemain dan offisial. Masyarakat sepakbola mengutuk tindakan itu namun
UEFA masih memberi keringanan dengan hanya menghukum dengan larangan
bertanding di kejuaraan Eropa untuk Leeds United selama 4 tahun. Setahun
sebelum Final Piala Champions 1985, sebenarnya hooligan Liverpool juga
sudah bentrok dengan tifosi AS Roma dalam ajang yang sama. Namun
keributan itu tidak sampai mendapat begitu banyak perhatian.
*Peringatan
Sebuah
tugu peringatan Tragedi Heysel didirikan dengan biaya £140,000.
Diresmikan tepat 20 tahun setelah kejadian tersebut, 29 Mei 2005.
Berbentuk jam matahari, tugu tersebut dihiasi dengan batu-batuan yang
berasal dari Italia dan Belgia. Sebuah puisi "Funeral Blues" oleh
penyair Inggris W. H. Auden melengkapi simbolisasi kesedihan tiga
negara. 39 lampu bersinar untuk setiap korban Heysel. Tugu peringatan
ini didesain oleh seniman Perancis Patrick Remoux.
Perdelapan
final Liga Champions 2005 mempertemukan kedua tim. The Kop, di
Liverpool mengkoordinasikan sebuah koreografi mosaik bertuliskan
"Amicizia" ditujukan kepada para suporter Juventus yang memadati
Anfield. Artinya persahabatan, sebuah permohonan maaf kepada tifosi
Juventus. Sebagian tifosi menyambutnya, namun tidak sedikit pula yang
menolaknya karena rentang waktu uluran persahabatan tersebut terlalu
lama, 20 tahun sejak tragedi Heysel pecah.
Sejak Saat itu Liverpool Football Club memiliki kebijakan tegas terhadap hooliganisme
Klub
ini bekerja bersama dalam kemitraan dengan Kepolisian Merseyside dan
melakukan segala upaya supaya kejadian anarkis dan kekerasan tidak
terjadi di dalam dan luar lapangan,
Club membuat selogan ' Tegas dan Ramah., Firm and Friendly.
Ada
kebijakan yang tegas terhadap kekerasan dan perilaku di dalam stadion.
Jika seseorang di stadion ini melanggar peraturan stadion atau
melakukan suatu pelanggaran ketertiban umum di bawah tindak pidana, maka
mereka akan menghadapi penangkapan. Sesuai dengan hasil penangkapan
itu, mereka bisa menghadapi larangan masuk stadion.
bahkah para pelaku akan di adili dan di larang menonton sepak bola di luar maupun di dalam lapangan di seluruh Inggris.
Berkata
Kasar pada pemain dan suporter lain adalah salah satu dari peraturan
tersebut apa lagi lebih besar dari itu..jadi sekarang Liverpool telah
jadi fans ter baik di dunia..
*Jadi intinya sekarang kalo ada
fans Liverpool yg masih berkata Anarkis serta mengolok Club lain
berarti dia bukan fans Liverpool sejati.*anda harus setuju dengan
peraturan ini.
Sekian Sedikit tentang Tragedi Hysel yg sangat menyayat hati kita semua.
Sejarah Prestasi dan Gelar
18 League Winners (BPL) :
(1900–01, 1905–06, 1921–22, 1922–23, 1946–47, 1963–64, 1965–66, 1972–73, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1982–83, 1983–84, 1985–86, 1987–88, 1989–90)
11 League Runners-up (BPL) :
(1898–89, 1909–10, 1968–69, 1973–74, 1974–75, 1977–78, 1984–85, 1986–87, 1988–89, 2001–02, 2008-09 )_
3 Division Two-Level 2 :
(1893–94, 1895–96, 1904–05, 1961–62)
1 Lancashire League Winner :
(1892–93)
7 FA Cup Winners :
(1965, 1974, 1986, 1989, 1992, 2001, 2006)
7 FA Cup Runners-up :
(1914, 1950, 1971, 1977, 1988, 1996,2012)
8 League Cup Winners :
(1981, 1982, 1983, 1984, 1995, 2001, 2003, 2012)
3 League Cup Runners-up :
(1978, 1987, 2005)
15 Community Shield Winners :
(1964 (shared), 1965 (shared), 1966, 1974, 1976, 1977 (shared), 1979, 1980, 1982, 1986 (shared), 1988, 1989, 1990 (shared), 2001, 2006)
6 Community Shield Runners-up :
(1922, 1971, 1983, 1984, 1992, 2002)
1 Screen Sport Super Cup Winner (1986)
5 UEFA Champions League Winners :
(1977, 1978, 1981, 1984, 2005)
2 UEFA Champions League Runners-up :
(1985, 2007)
3 UEFA Cup Winners (1973, 1976, 2001)
3 UEFA Super Cup Winners :
(1977, 2001, 2005)
2 UEFA Super Cup Runners-up :
(1978, 1984)
1 UEFA Cup Winners’ Cup Runners-up (1966)
Jumat, 29 November 2013
SEJARAH DAN "SIHIR" YOU'LL NEVER WALK ALONE
You'll Never Walk Alone bisa diartikan " kamu tidak berjalan sendirian" namun sering dibulatkan artinya menjadi " Kamu Tidak Sendirian ". You'll Never Walk Alone pertama kali diperdengarkan di sebuah pentas drama musikal yang berjudul " Carousel " tahun 1945. YNWA saat itu menjadi show tune drama musikal yang dikomposeri oleh Richard Rodgers serta Oscar Hammerstein II di tahun 1945. Sebenarnya YNWA bukan satu-satunya lagu yang menjadi pengisi drama musikal Carousel tersebut. Ada 2 lagu lainnya juga termasuk. Pengarang asli lagu You'll Never Walk Alone adalah Rodgers and Hammerstein sekaligus komposer drama musical tersebut namun orang yang pertama memperkenalkan lagu tersebut di panggung broadway adalah Christine Johnson.
You'll Never Walk Alone adalah lagu pertama yang didengungkan di acara inagurasi pelantikan presiden USA, Barack Obama. Saat itu, Renee Fleeming yang membawakan lagu tersebut di hadapan jutaan warga AS yang hadir dalam hari inagurasi pelantikan Presiden Obama. Ada fakta menarik, sebuah buku yang berjudul " Celtic United " mengklaim bahwa fans Liverpool bukanlah yang pertama menyanyikan YNWA. Dalam buku tersebut ditulis bahwa yang menyanyikan lagu YNWA tersebut adalah fans Manutd saat mereka berduka atas tragedi Munich 1958. You'll Never Walk Alone mempunyai pesan yang sarat akan makna kebangkitan dari sebuah kegelapan. Dalam sejarahnya, You'll Never Walk Alone telah banyak direkam ulang atau dicover oleh banyak penyanyi di Inggris maupun luar inggris Sebut saja Frank Sinatra, Elvis Presley, Johnny Cash, Judy Garland hingga Alicia Keys dan Jordin Sparks. Bahkan di lagu Pink Floyd berjudul Fearless terdapat rekaman Kopites menyanyikan You'll Never Walk Alone
Di daratan inggris, YNWA lebih dikenal sebagai sebuat hits dari grup band asal Liverpool bernama Gerry and The Pacemaker. Perlu dicatat lagi, You'll Never Walk Alone yang dibawakan Gerry And The Peacemaker menempati chart no 1 selama 4 minggu dan hanya YNWA ala Garry and The Pacemaker lah yang mengalahkan "I Want To Hold Your Hand" karya The Beatles lah. Pertama kali lagu ini masuk ke dalam fondasi kuat Liverpool saat Garry Marsden mempersembahkan lagu tersebut ke Bill Shankly. Menurut Tommy Smith, Bill Shankly sangat jatuh hati pada lagu tersebut pertama kali saat didengarkan oleh Gerry. Gerry Marsden adalah pemimpin band Gerry And The Pacemaker yang notabene juga teman dekat Bill Shankly. Dan dari altar pertunjukkan fans Liverpool yg disebut " The Kop " lah pertama kali You'll Never Walk Alone didengungkan di Anfield. YNWA biasanya diperdengarkan fans Liverpool sesaat sebelum kick off dan 5 menit sebelum bubaran pertandingan. Tercatat beberapa klub-klub di belahan dunia ini yang menggunakan YNWA sebagai lagu wajib atau semboyan. Di daratan Jerman ada Borussia Dortmund, FC Kaiserslautern, VfL Osnabrück and FC St Pauli hingga di Jepang ada FC Tokyo Bahkan dari Indonesia pun datang dari tanah Papua. Persipura Jayapura pernah menggunakan YNWA sebagai bentuk semboyan mreka. Jangan salah. di stadion Persipura Jayapura ada namanya tribun Liverpool. Di sana khusus pundukung berbaju merah. Asli durasi lagu You'll Never Walk Alone adalah 26 menit dan 13 detik namun oleh Gerry and The Pacemakers dipotong menjadi 2 menit 40 detik.
Pada acara perpisahan Luis Suarez kemarin di Ajax, Fans Ajax menyanyikan lagu tersebut di hadapan Suarez yang hadir di acara tersebut. You'll Never Walk Alone juga senantiasa mengisi acara penghormatan bagi korban Tragedi Hillsborough tiap tahunnya dan tidak pernah absen. Pada 15 November 2009, seorang anak kecil naik turun ke lapangan stadium milik Hanover dan menyanyikan You'll never Walk Alone untuk menghormati dan mengenang Kiper Hanover, Robert Enke yang meninggal bunuh diri 2 hari sebelumnya dan membuat 45 ribu orang yang hadir kala itu menangis. You'll Never Walk Alone juga membuat hati gelandang elegan Xavi Hernandez terkesan sama superior suporter Liverpool.
Ribuan pendukung akan memegang syal mereka tinggi-tinggi saat menyanyikan lagu serta semboyan You'll Never Walk Alone. Hal inilah yang mampu menciptakan suasana yang mampu mengirimkan hawa merinding menusuk hingga tulang belakang tiap kali berada di Anfield Tradisi tersebut yang tidak akan hilang dimakan waktu. sejarah mencatat beberapa kejadian ajaib di Anfield dikarenakan semboyan tersebut. Maka tak hayal kalau Anfield termasuk stadion yg mempunyai desibel tertinggi di dunia dan hal itulah yang dijadikan " alasan " seorang Jose Mourinho yang menilai goalnya Luis Garcia dicetak oleh keriuhan di Anfield. Salah satu quote terbaik mengenai You'll Never Walk Alone ini datang dari Thierry Henry " Supporter Liverpool sangat mengesankan, satu-satunya perasaan dan moment yang aku ingin rasakan ketika bertandang ke Anfield adalah Ketika tersentak melihat para supporter berdiri dan mulai menyanyikan You'll Never Walk Alone. I love it " Thierry Henry. Satu hal yang membuat YNWA spesial, adalah fakta bahwa, anda tidak bisa menyanyikan secara lengkap lagu ini, tanpa menenteskan air mata Namun setelah anda dapat menyelesaikan lagu tersebut, ada sesuatu yang menyadarkan bahwa gak selamanya ada kegelapan, ada golden sky di depan. Seorang Joe Cole menjadikan You'll Never Walk Alone sebagai alasan dia bergabung ke Liverpool. dia berkata " Astmofer (YNWA sebelum pertandingan dimulai) yang tercipta di sini sungguh brillian, oleh karena itu, aku bergabung di klub ini " Joe Cole.
Semboyan You'll Never Walk Alone muncul di logo Liverpool pertama kali saat Liverpool merayakan hari jadinya yang ke 100 dan YNWA pula muncul di pintu gerbang utama stadion Anfield yang lebih dikenal dengan sebutan " Shankly Gate ". Tidak berasa hampir setengah abad (48 tahun) YNWA menjadi bagian dari Liverpool, menjadi saksi sejarah klub dan penyemangat di saat gelap. You'll Never Walk Alone, Himne dan cara setiap fans Liverpool menunjukkan kesetiaan, kefanatikan serta dukungan kepada para pemain di lapangan
Berikut ini lirik lagu " You'll Never Walk Alone " yang tiap kali Liverpool bertanding, pasti hadir di antara keriuhan para suporter baik kandang maupun tandang .:YOU'LL NEVER WALK ALONE:.
When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
At the end of the storm
Is a golden sky
And the sweet silver song of a lark
Walk on through the wind
Walk on through the rain
Though your dreams be tossed and blown
Walk on walk on with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone
Walk on walk on with hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone.
Sejarah Liverpool Fc
Liverpool Football Club (dikenal pula sebagai Liverpool atau The Reds),
Sebagai salah satu klub tersukses di Inggris Raya. Didirikan pada 1892,
Uniknya klub ini lahir karena Everton, klub sepakbola di kota
Liverpool, menolak untuk meneruskan sewa stadion Anfield yang sudah
mernjadi markas mereka selama 7 tahun. Sewa kontrak yang naik dari 100
pounds/tahun menjadi 250 pounds/tahun menjadi penyebabnya.
Everton
memutuskan untuk pindah ke markas barunya, Goodison Park. Pemilik
stadion Anfield yang bernama John Houlding merasa perlu untuk membentuk
sebuah klub sepakbola untuk bermain di stadion Anfield yang kosong
sepeninggal Everton. Awalnya klub baru tersebut ingin dinamai ‘Everton
F.C. and Athletic Grounds, Ltd.’ namun nama tersebut ditolak oleh FA
karena membuat kerancuan dengan nama tim Everton yang telah ada lebih
dahulu. Jadilah klub baru tersebut bernama Liverpool FC.
Era Sebelum 1959
Di
musim pertamanya, Liverpool langsung menjuarai Liga Lancashire dan
karenanya langsung terpilih masuk menjadi anggota divisi 2 Football
League musim 1893-1894. Di kompetisi divisi 2, Liverpool benar-benar tak
terkalahkan dan keluar sebagai juara divisi 2 sehingga secara otomatis
langsung promosi ke divisi satu (divisi utama). Liverpool baru menjadi
juara divisi satu pada musim 1900-1901. Mereka kemudian menjadi juara
liga lagi pada musim 1905-1906. Liverpool juga mencapai final pertama
piala FA nya tahun 1914 tetapi kalah melawan Burnley 0-1 di final. Musim
kompetisi tahun 1921-1922 dan 1922-1923 mereka menjadi juara secara
berurutan. Kemudian datanglah masa vakum gelar selama 27 tahun sebelum
mereka dapat menjadi juara liga lagi pada musim 1946-1947. Setelah itu
Liverpool kembali tenggelam dan bahkan mengalami degradasi pada musim
1953-1954.
Era Bill Shankly
Pada bulan Desember
1959, Liverpool menunjuk bos Huddersfield Town, Bill Shankly, untuk
menjadi manager menggantikan Phil Taylor. Shankly sendiri bukanlah
seorang manager terkenal pada waktu itu dan sebagian fans dan media
meragukan kemampuannya. Shankly justru memulai dengan merevolusi skuad
Liverpool besar-besaran, tidak kurang dari 24 pemain dia lepas dan
merekrut pemain-pemain baru pilihannya.
Lapangan latihan
di Melwood pun tak luput dari perhatiannya dan dirombak menjadi tempat
latihan sepakbola kelas satu. Ia juga mengenalkan sistem latihan
permainan Five-a-Side atau sepakbola 5 pemain lawan 5 pemain. Idenya
adalah membuat permainan menjadi lebih sederhana dan lebih hidup,
passing dan bergerak.
Di musim ketiganya atau 1961-1962,
Liverpool keluar sebagai juara divisi 2 dan promosi ke divisi utama.
Dibawah Shankly Liverpool langsung keluar sebagai juara liga pada musim
keduanya di liga utama, musim 1963-1964, atau 17 tahun setelah mereka
merasakan gelar liganya yang terakhir. Kemudian setelah itu Liverpool
mulai merajai liga, mereka merengkuh lagi gelar juara liga musim
1965-1966 dan piala FA pertama sepanjang sejarah mereka tahun 1965.
Total gelar yang diraih Liverpool dibawah Bill Shankly selama tahun
1959-1974 adalah : 3 kali juara liga (1964, 1966, 1973), 2 kali juara
piala FA (1965, 1974) dan 1 kali juara piala UEFA (1973). Itu belum
termasuk runner-up liga 2 kali, runner-up piala FA 1 kali dan runner up
piala Winners Eropa 1 kali. Shankly pensiun setelah Liverpool nya meraih
juara piala FA tahun 1974.
Era Bob Paisley
Bob
Paisley kemudian dipilih untuk menggantikan Shankly. Paisley, mantan
pemain Liverpool and staf kepercayaan Shankly, pada awalnya tidak
berminat untuk menjadi manager klub namun setelah dirayu oleh pihak
manajemen ia pun akhirnya setuju menangani Liverpool sebagai manager
mereka yang baru. Ia merekrut trio Skotlandia, Kenny Dalglish, Graeme
Souness dan Alan Hansen, yang kesemuanya nantinya menjadi pemain
legendaris Liverpool. Dan di tangan Paisley lah Liverpool menjadi sebuah
klub yang sangat luar biasa dan bagai tak terkalahkan di masa itu.
Selama 9 tahun kepemimpinannya dari tahun 1974 sampai 1983 Liverpool
merengkuh 6 gelar liga (1976, 1977,1979, 1980, 1982, 1983), 3 gelar
juara Eropa/Champions (1977, 1978, 1981), 3 gelar juara piala liga
berurutan (1981, 1982, 1983), 1 juara piala UEFA dan 1 kali juara piala
Super Eropa. Liverpool juga mencapai runner-up liga 2 kali, 1 kali
runner up piala FA, 1 kali runner up piala Liga, 1 kali runner up piala
Super dan 1 kali runner up piala dunia antar klub.
Era Joe Fagan
Joe
FaganKemudian setelah Paisley pensiun tahun 1983, ia digantikan oleh
asistennya, Joe Fagan. Pergantian manager Liverpool yang
berkesinambungan perlu kita kagumi. Dari Shankly yang memberikan
jabatannya kepada staf kesayangannya, Paisley, kemudian Paisley pun
meneruskannya kepada staf kepercayaannya Joe Fagan. Fagan sendiri saat
mulai menangani Liverpool sudah berumur 63 tahun. Di tahun pertamanya
Fagan langsung membawa Liverpool kembali tancap gas dan menjadi klub
Inggris pertama yang meraih 3 gelar dalam setahun; juara liga, juara
piala liga dan juara Champions Eropa.
Era Kenny Dalglish
Tahun
1985 Fagan mundur dan kemudian digantikan oleh Kenny Dalglish sebagai
manager-pemain Liverpool pertamanya. Sebagai pemain, Dalglish sampai
sekarang diyakini oleh sebagian besar pendukung Liverpool sebagai pemain
terbesarnya sepanjang sejarah. Di tangan Dalglish, Liverpool tetap tak
berubah untuk selalu haus akan gelar. Selama kepemimpinan 6 tahun King
Kenny, Liverpool meraih 3 gelar juara liga (1986, 1988, 1990) dan 2
gelar juara piala FA (1986, 1989). Runner up liga 3 kali dan runner up
piala FA 1 kali. Dalglish yang juga bermain di final Champions ‘Tragedi
Heysel 1985’, mundur setelah shock nya yang kedua, yaitu Bencana
Hillsborough.
1991-2004
Dalglish yang mundur
digantikan oleh Graeme Souness. Sebagai pemain, Souness memang merupakan
salah satu pemain legenda Liverpool. Namun di tangan pria Skotlandia
itu Liverpool kali ini benar-benar tenggelam. Satu satunya gelar yang ia
raih sebagai manager adalah juara piala FA tahun 1992. Roy Evans,
pelatih tua yang merupakan staf pelatih Liverpool saat itu
menggantikannya pada tahun 1994. Prestasi Liverpool mulai membaik namun
tidak mampu lebih dari ranking 3 Premiership. Gelar piala liga diraih
Evans tahun 1995 dan runner up piala FA tahun 1996. Gerard Houllier,
mantan pelatih tim Perancis, ditunjuk untuk bersanding dengan Evans pada
tahun 1998. Namun kerja sama ini tidak bertahan lama karena Evans
mundur dan Houllier menjadi manager tunggal Liverpool mulai saat itu.
Prestasi terbesar Houllier adalah sewaktu Liverpool meraih Treble (
juara piala FA, juara piala liga, juara piala UEFA) pada tahun 2001.
Liverpool mencapai runner up liga pada tahun 2002. Saat itu Houllier
mulai dilanda penyakit jantung dan akhirnya dia mundur pada tahun 2004.
2005- Rafael Benitez
Rafael
Benitez, pelatih Valencia yang sukses membawa klub Spanyol itu juara La
liga 2 kali, ditunjuk oleh manajemen Liverpool untuk menangani klub. Di
tahun pertamanya, Rafa hanya mampu membawa Liverpool mencapai peringkat
ke-5 Premiership. Namun lain ceritanya untuk kompetisi Liga Champions
Eropa dimana secara mengejutkan Liverpool bisa keluar sebagai juara
Eropa setelah menang adu penalti melawan AC Milan di final. Final yang
dramatis karena Liverpool justru tertinggal 0-3 di babak pertama namun
bisa menyamakan kedudukan dan menang saat adu penalti digelar. Tahun
2006 Liverpool dibeli oleh dua orang Amerika bernama George Gillet dan
Tom Hicks dengan harga yang mencapai 218,9 juta pounds. Benitez membawa
Liverpool ke final Champions lagi tahun 2007 dan lagi-lagi melawan AC
Milan, namun kali ini Liverpool kalah 1-2 di final.
Sekarang
Akhirnya
Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan digantikan oleh
Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC
mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun
2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada tahun 2010
ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures milik
John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool
FC selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat
bangga bisa menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk
bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di
Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak
menentu karena sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk
berita tentang kebangkrutan klub dan proses peralihan yang
berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu.
Liverpool FC pun akhirnya mengawali musim 2010/11 dengan sangat buruk.
Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi
dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC
menghadapi ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa
menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011
Liverpool FC dan Roy Hodgson sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan
posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang
ke 2 kalinya sampai akhir musim.
Tepatnya 8 Januari 2011 'King'
Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk yang ke
2 kalinya. Walaupun pada pertandingan perdana mengalami kekalahan di
Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish berhasil mengembalikan performa
pemain dan ciri khas 'pass and move' Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny
Dalglish berhasil mengangkat Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi
7 liga inggris. Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti :
Martin Kelly, Jay Spearing dan Danny Wilson pun layak diacungi jempol.
Raihan
inilah yang membuat banyak pihak mendesak agar 'King' Kenny Dalglish di
kontrak secara permanen sebagai manajer Liverpool FC,tapi pada ahir
musim 2012 Kenny tida di dukung lagi oleh pemilik LFC, dan ahirnya
beliau mundur.
Dan sekarang kita sedang dalam era BR. semoga ini adalah masa kebangkitan bagi LFC... amiiiiiin..
Langganan:
Postingan (Atom)